Supervisi akademik oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah dapat dilaksanakan dengan beberapa macam model, pendekatan, metode dan teknik. Tulisan ini khusus membahas model supervisi akademik sedangkan pendekatan , metode dan teknik dapat dilihat pada artikel sebelumnya
Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah konsep, bingkai atau pola. Menurut Harjanto (2006) bahwa model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain "model" juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya "kerangka manusia" merupakan bentuk tubuh dari manusia.
Dari penjelasan di atas, maka model dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran, bingkai dalam suatu kegiatan, atau acuan, titik tolak pengembangan sesuatu kegiatan atau perangkat yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain.
Model supervisi akademik dapat diartikan acuan yang dipakai oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik.
Sahertian (2000) membagi model supervisi menjadi empat bentuk yaitu model konvensional (tradisional), model ilmiah, model klinis , dan model artistik.
Baca juga : Terknik Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
1. Model konvensional (tradisional)
Model supervisi konvensional atau tradisional adalah supervisi yang dilakukan seorang supervisor yang cenderung mengawasi, inspeksi untuk mencari kesalahan atau kekurangan guru. Super visor merasa dirinya “super atau ahli”.
Supervisi konvensional ini bersifat korektif yaitu mengoreksi kesalahan guru dalam pelaksanaan tugasnya, misalnya kesalahan penyusunan rencana pembelajaran, penyampaian materi , penggunaan alat peraga atau media pembelajaran dan sebagainya.
Supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan tanpa dapat membantu guru dalam mengatasi kelemahannya sangat kurang sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi akademik.
Akibatnya guru-guru merasa tidak puas sehingga bisa muncul beberapa sikap yang tampak dalam perilaku guru ketika bertemu dengan si supervisor atau ketika mau disupervisi seperti acuh tak acuh, menantang dan takut untuk disupervisi dengan berbagai alasan.
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah kemudian menanyakan RPP guru, lalu mengoreksi dengan mengatakan ini salah dan seharusnya begini.
Pelaksanaa supervisi seperti di atas adalah cara supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan, dan harus ditunjukkan, akan tetapi bagaimana cara supervisor mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa mereka harus memperbaiki kekurangan bukan menyalahkan mereka.
Para guru dengan terbuka dan senang hati menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis, andragogis dengan menerapkan prinsip-prinsip supervisi yang tepat. Komunikasi perlu dibangun dari sisi keberhasilan guru untuk membantu perbaikan kelemahan guru.
2. Model Supervisi Ilmiah
Model supervisi ilmiah adalah supervisi yang dilaksanakan bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu;
Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu;
Menggunakan instrumen pengumpulan data;
Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Model supervisi ilmiah ini, menyerupai metode ilmiah yang sering dilakukan dalam penelitian.
Supervisi dilakukan dengan rencana yang matang dengan urutan atau langkah-langkah yang sistematis dengan menggunakan instrument yang telah di susun kemudian diberikan kepada peserta didik untuk di isi. Instrumen dikumpulkan lalu di olah oleh supervisor hasilnya diberikan kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan mereka dalam pembelajaran.
Baca juga: Konsep, Metode dan Prinsip Supervisi Manajerial
3. Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar guru dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bentujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Supervisi klinis ibarat klien dengan dokter, klien membutuhkan dokter lalu datang menemuinya untuk mengobati penyakitnya.
Dalam hal ini guru yang secara terbuka meminta pengawas atau kepala sekolah untuk membantu mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran sehingga mereka bersepakat tentang aspek yang harus diamati supervisor dan waktu pelaksanaanya, artinya inisiatif muncul dari guru karena merasa perlu bantuan dari seorang ahli atau yang dapat membantu dalam memperbaiki proses pembelajaran.
Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
4. Model Supervisi Artistik
Dari sisi pengajaran supervisi dapat diartikan suatu pengetahuan knowledge) , keterampilan (skil) dan juga suatu kiat/seni (art) dalam membantu guru. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the thers), bekerja melalui orang lain (working through the others).
Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling engerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang ebagaimana adanya.
Model supervisi artistic adalah model supervisi yang dilakukan supervisor dengan kreasi atau seni tertentu sehingga elaksanaan supervisi tersebut semakin baik dalam membantu keprofesionalan guru.
Dalam implementasinya dilapangan model supervisi ini masih dapat dijabarkan ke dalam bentuk yang lebih rinci dan terkait dengan pendekatan, metode, teknik dan juga dipengaruhi oleh style supervisor.
Baca juga: SistematikaProgram Dan Laporan Supervisi Akademik
Pengawas sekolah dan kepala sekolah dapat mempertimbangkan model mana yang paling tepat atau sesuai dilakukan disekolah masing-masing dengan selalu mengingat bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada guru agar mereka lebih professional dalam melaksanakan tugasnya. Semoga.
Bahan Bacaan
Hahjanto. (2006). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sehertian, A. Piet. (1987). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.
Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah konsep, bingkai atau pola. Menurut Harjanto (2006) bahwa model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain "model" juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya "kerangka manusia" merupakan bentuk tubuh dari manusia.
Dari penjelasan di atas, maka model dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran, bingkai dalam suatu kegiatan, atau acuan, titik tolak pengembangan sesuatu kegiatan atau perangkat yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain.
Model supervisi akademik dapat diartikan acuan yang dipakai oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik.
Sahertian (2000) membagi model supervisi menjadi empat bentuk yaitu model konvensional (tradisional), model ilmiah, model klinis , dan model artistik.
Baca juga : Terknik Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
1. Model konvensional (tradisional)
Model supervisi konvensional atau tradisional adalah supervisi yang dilakukan seorang supervisor yang cenderung mengawasi, inspeksi untuk mencari kesalahan atau kekurangan guru. Super visor merasa dirinya “super atau ahli”.
Supervisi konvensional ini bersifat korektif yaitu mengoreksi kesalahan guru dalam pelaksanaan tugasnya, misalnya kesalahan penyusunan rencana pembelajaran, penyampaian materi , penggunaan alat peraga atau media pembelajaran dan sebagainya.
Supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan tanpa dapat membantu guru dalam mengatasi kelemahannya sangat kurang sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi akademik.
Akibatnya guru-guru merasa tidak puas sehingga bisa muncul beberapa sikap yang tampak dalam perilaku guru ketika bertemu dengan si supervisor atau ketika mau disupervisi seperti acuh tak acuh, menantang dan takut untuk disupervisi dengan berbagai alasan.
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah kemudian menanyakan RPP guru, lalu mengoreksi dengan mengatakan ini salah dan seharusnya begini.
Pelaksanaa supervisi seperti di atas adalah cara supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan, dan harus ditunjukkan, akan tetapi bagaimana cara supervisor mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa mereka harus memperbaiki kekurangan bukan menyalahkan mereka.
Para guru dengan terbuka dan senang hati menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis, andragogis dengan menerapkan prinsip-prinsip supervisi yang tepat. Komunikasi perlu dibangun dari sisi keberhasilan guru untuk membantu perbaikan kelemahan guru.
2. Model Supervisi Ilmiah
Model supervisi ilmiah adalah supervisi yang dilaksanakan bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu;
Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu;
Menggunakan instrumen pengumpulan data;
Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Model supervisi ilmiah ini, menyerupai metode ilmiah yang sering dilakukan dalam penelitian.
Supervisi dilakukan dengan rencana yang matang dengan urutan atau langkah-langkah yang sistematis dengan menggunakan instrument yang telah di susun kemudian diberikan kepada peserta didik untuk di isi. Instrumen dikumpulkan lalu di olah oleh supervisor hasilnya diberikan kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan mereka dalam pembelajaran.
Baca juga: Konsep, Metode dan Prinsip Supervisi Manajerial
3. Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar guru dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bentujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Supervisi klinis ibarat klien dengan dokter, klien membutuhkan dokter lalu datang menemuinya untuk mengobati penyakitnya.
Dalam hal ini guru yang secara terbuka meminta pengawas atau kepala sekolah untuk membantu mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran sehingga mereka bersepakat tentang aspek yang harus diamati supervisor dan waktu pelaksanaanya, artinya inisiatif muncul dari guru karena merasa perlu bantuan dari seorang ahli atau yang dapat membantu dalam memperbaiki proses pembelajaran.
Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
4. Model Supervisi Artistik
Dari sisi pengajaran supervisi dapat diartikan suatu pengetahuan knowledge) , keterampilan (skil) dan juga suatu kiat/seni (art) dalam membantu guru. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the thers), bekerja melalui orang lain (working through the others).
Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling engerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang ebagaimana adanya.
Model supervisi artistic adalah model supervisi yang dilakukan supervisor dengan kreasi atau seni tertentu sehingga elaksanaan supervisi tersebut semakin baik dalam membantu keprofesionalan guru.
Dalam implementasinya dilapangan model supervisi ini masih dapat dijabarkan ke dalam bentuk yang lebih rinci dan terkait dengan pendekatan, metode, teknik dan juga dipengaruhi oleh style supervisor.
Baca juga: SistematikaProgram Dan Laporan Supervisi Akademik
Pengawas sekolah dan kepala sekolah dapat mempertimbangkan model mana yang paling tepat atau sesuai dilakukan disekolah masing-masing dengan selalu mengingat bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada guru agar mereka lebih professional dalam melaksanakan tugasnya. Semoga.
Bahan Bacaan
Hahjanto. (2006). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sehertian, A. Piet. (1987). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.
0 komentar:
Post a Comment