1. Pengertian Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan untuk setiap peserta didik secara individual, meskipun kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara klasikal, tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan individual peserta didik. Pembelajaran tuntas menekankan sebelum peserta didik tuntas pada kompetensi yang sedang dipelajari tidak dibolehkan untuk melanjutkan pada kompetensi berikutnya, maka konsekuensinya guru harus memberikan bantuan belajar berupa remidi.
Kondisi demikian memungkinkan berkembangnya potensi, minat masing-masing peserta didik secara optimal sehingga memudahkan peserta didik untuk belajar kompetensi berikutnya. Dalam pembelajaran tuntas, guru belum dimungkinkan untuk melanjutkan materi atau kompetensi berikutnya sebelum peserta didik tuntas dalam materi yang sedang dipelajarinya.
Tes yang diberikan guru bukan untuk menentukan angka kemajuan belajar, akan tetapi tes dilakukan sebagai dasar umpan balik bagi guru sehingga dapat diketahui informasi kelemahan dan ketidaksanggupan peserta didik dalam belajar.
Dengan kata lain tes diberikan untuk menentukan dimana setiap peserta didik perlu memperoleh bantuan dalam mencapai penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Maka dalam belajar tuntas remedial dan pengayaan harus dilakukan dengan baik sampai peserta didik tuntas dalam kompetensi yang ditentukan kurikulum.
2. Asumsi Dasar Belajar tunta
Ide tentang belajar tuntas di topang oleh asumsi dasar seperti dikemukakan oleh Muhammad Ali (1992 : 97) bahwa :
a. Semua atau hampir semua peserta didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya (apa yang dipelajari) bila pengajaran dilaksanakan secara sistematis
b. Tingkat keberhasilan peserta didik di sekolah ditentukan oleh kemampuan bawaan atau bakat yang dimiliki masing-masing.
Asumsi yang dikemukakan ahli tersebut menunjukkan bahwa apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis maka hampir semua peserta didik dapat menguasai materi yang diajarkan. Oleh karena itu kemampuan guru dalam memahami karakteristik peserta didik dan peningkatan kualitas pembelajaran sangat penting, dan kesistematisan pembelajaran sangat tergantung kepada faktor : 1) kejelasan pembelajaran atau informasi guru, 2) kebaikan urutan, 3) materi yang disajikan, 4) keefektifan tes yang digunakan sebagai umpan balik. Demikian juga bakat atau kemampuan bawaan berpengaruh di dalam keberhasilan peserta didik. Bakat berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, sedangkat kesempatan adalah kondisi yang dimiliki peserta didik untuk belajar.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas
Bloom menggambarkan bahwa ciri-ciri belajar tuntas adalah sebagai berikut :
a. Guru perlu mencari sarana yang memungkinkan peserta didik menguasai secara tuntas materi pembelajaran
b. Perbedaan bakat terhadap mata pelajaran sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menguasainya secara tuntas
c. Dengan diberikan waktu belajar cukup hampir semua peserta didik dapat mencapai tingkat penguasaan yang ditentukan;
d. Setiap peserta didik harus memahami setiap tugas yang dipelajari dan prosedur yang diikuti dalam belajar;
e. Akan sangat bermanfaat jika disediakan beberapa kemungkinan media pembelajaran dan kesempatan belajar;
f. Guru hendaknya menyediakan dan memberikan umpan balik dan perbaikan bagi kesalahan atau kesulitan belajar peserta didik;
g. Guru harus mencari berbagai cara untuk memperoleh waktu yang diperlukan peserta didik untuk belajar
h. Guru membuat perencanaan pembelajaran setiap tatap muka
i. Materi pembelajaran lebih baik dipecah menjadi unit-unit kecil dan memberikan tes setiap akhir pembelajaran;
j. Penilaian akhir terhadap hasil belajar harus didasarkan pada tingkat penguasaan mata pelajaran (Depdiknas , 2004 : 10)
Dari ciri-ciri belajar tuntas seperti diuraikan di atas guru dapat mengembangkan strategi atau metode yang digunakan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan peserta didik dapat mencapai kemampuan yang diharapkan secara keseluruhan.
Secara kualitatif tabel berikut ini memperlihatkan perbedaan pembelajaran konvensional dengan belajar tuntas:
Langkah
|
Aspek Pembeda
|
Pembelajaran Tuntas
|
Pembelajaran Konvensional
|
A. Persiapan
|
1.Tingkat ketuntasan
|
Diukur dari performance peserta didik dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kemampuan dasar). Setiap peserta didik harus mencapai nilai KKM
|
Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak
|
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
|
Dibuat untuk satu KD , dan dipakai sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran
|
Dibuat untuk satu minggu pembelajar-an, dan hanya dipakai sebagai pedoman guru
| |
3. Pandangan terhadap kemampuan peserta didik saat memasuki satuan pembelajaran tertentu
|
Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi, dilakukan pendekatan individual
|
Kemampuan peserta didik dianggap sama
| |
B.Pelaksanaan pembelajaran
|
1. Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kemampuan dasar
|
Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual
|
Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
|
2. Cara pembelajaran dalam setiap standar kompetensi atau kompetensi dasar
|
Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara individual
|
Dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab, dan membaca (tidak terkontrol)
| |
3.Orientasi pembelajaran
|
Pada terminal performance peserta didik (kompetensi atau kemampuan dasar) secara individual
|
Pada bahan pembelajaran (materi), hasil belajar dan kompetritif
| |
4.Peranan guru
|
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual
|
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik dalam kelas
| |
5. Fokus kegiatan pembelajaran
|
Ditujukan kepada masing-masing peserta didik secara individual
|
Ditujukan kepada peserta didik dengan kemampuan menengah
| |
6. Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
|
Ditentukan oleh peserta didik dengan bantuan guru
|
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
| |
C. Umpan Balik
|
1.Instrumen umpan balik
|
Menggunakan berbagai jenis serta bentuk tagihan secara berkelanjutan
|
Lebih mengandalkan pada penggunaan tes objektif untuk penggalan waktu tertentu
|
2.Cara membantu peserta didik
|
Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok (small-group learning activities) dan tutor yang dilakukan secara individual
|
Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara klasikal
|
4. Sistem penilaian dalam pembelajaran tuntas
Diagnostik progres tes dalam strategi belajar tuntas dilakukan secara teratur setiap selesai dipelajari sejumlah materi. Tes yang diberikan menggunakan system penilaian acuan patokan (PAP) yaitu, tes yang diberikan berdasarkan patokan atau criteria yang ditetapkan sebelumnya.
Dari hasil tersebut guru dapat mengetahui peserta didik mana yang mampu mencapai tujuan sesuai dengan patokan atau kriteria dan peserta didik mana yang gagal mencapainya. Hasil tes kemudian dianalisis untuk memperoleh letak kegagalan peserta didik untuk dapat diberikan bantuan.
Pemberian bantuan dimaksud, sehingga dengan mastery learning (belajar tuntas) seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan atau menguasai bahan pelajaran minimal yang telah ditetapkan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh masing-masing sekolah dengan didasarkan pada : 1) tingkat kompleksitas materi, 2) Sarana atau daya dukung pembelajaran, 3) intake peserta didik. Tugas guru dalam kurikulum tersebut adalah merumuskan indikator tiap kompetensi dasar yang dituangkan dalam silabus dan penilaian berkelanjutan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dihitung dari tiap indikator yang telah dirumuskan dan untuk melakukan program perbaikan dilihat dari ketuntasan tiap indikator yang telah dirumuskan.
5. Merencanakan program remedial dan pengayaan
Bagi peserta didik yang belum tuntas, guru menyusun program perbaikan. Dalam program harus jelas terlihat masing-masing nama peserta didik yang belum tuntas dan indikator yang belum tercapai. Bentuk pembelajaran dalam remidi dapat dilakukan pembelajaran ulang secara klasikal dengan pendekatan/metode yang berbeda dengan sebelumnya, atau pembelajaran bersifat individual maupun tutor sebaya.
Program pengayaan disusun untuk peserta didik yang telah tuntas dalam mencapai kriteria yang ditentukan. Bentuk program pembelajaran pengayaan dapat berupa :
1) Memperdalam atau memperluas konsep yang telah dipelajari dalam bahan pelajaran yang disajikan
2) Menambah beberapa kegiatan yang belum terdapat dalam pelajaran pokok
3) Memotivasi, menarik dan menantang peserta didik untuk memperoleh pengetahuan tambahan. Untuk memperoleh pengetahuan tambahan , materi program pengayaan seperti juga program perbaikan, dapat diambil dari berbagai macam buku pelajaran, misalnya buku paket, majalah dan lain-lain.
6. Penerapan pembelajaran tuntas
Pembelajaran tuntas yang diterapkan guru dengan baik sangat efektif, dalam membangkitkan minat peserta didik untuk belajar karena anak yang lambat belajarnya akan dilanyani dengan program remidial dan anak yang cepat belajarnya akan dilanyani dengan program pengayaan. Dengan demikian pembelajaran tuntas akan mempertinggi kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan dirinya dalam belajar.
Satu hal penting yang harus perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan belajar tuntas adalah penggunaan komunikasi yang tepat sehinga peserta didik yang lamban tidak merasa rendah diri, dan yang cepat menguasai suatu materi ajar tidak menjadi tinggi hati.
Guru perlu memperhatikan kemungkinan efek bahwa mengulang-ulang suatu materi dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi ajar bagi peserta didik yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan belajar tuntas (mastery learning) harus dapat diarahkan oleh guru agar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik . Guru harus dapat meyakinkan bahwa semua peserta didik bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa peserta didik memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih giat.
Guru perlu memperhatikan kemungkinan efek bahwa mengulang-ulang suatu materi dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi ajar bagi peserta didik yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan belajar tuntas (mastery learning) harus dapat diarahkan oleh guru agar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik . Guru harus dapat meyakinkan bahwa semua peserta didik bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa peserta didik memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih giat.
Agar pendekatan pembelajaran tuntas dapat membangkitkan minat peserta didik dalam belajar maka guru perlu merencanakan sebaik-baiknya metode apa yang harus dilakukan, bagaimana peran guru dan peran peserta didik.
a. Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Metode pembelajaran tidak boleh kaku tetapi bervariasi karena tidak ada satu metode pembelajaran yang efektif dan berdiri sendiri tetapi sangat tergantung terhadap situasi, kondisi , materi ajar dan karakteristik peserta didik.
Adapun langkah-langkahnya pembelajaran tuntas yang dilakukan penulis adalah :
1) Mengidentifikasi prasyarat materi yang harus dikuasai peserta didik,
2) Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian, kompetensi,
3) Mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat diharapkan dilakukan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil.
b. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Guru bertindak sebagai fasilitator sehingga peserta didik belajar menurut keceptannya.
Karena sistem pembelajaran saat ini masih klasikal, maka guru perlu berkeliling untuk memberikan perhatian, membantu, memberikan motivasi dan penguatan terhadap peserta didik. Agar hal ini dapat terlaksana efektif maka maka guru perlu melakukan hal-hal berikut:
1) Melakukan analisis terhadap SK - KD;
2) Menetukan kriteria ketuntasan minimal peserta didik (KKM)
3) Mengembangkan indikator berdasarkan SK- KD;.
4) Merencanakan program pembelajaran mulai dari program tahunan, semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
5) Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi;
6) Memfasilitasi peserta didik agar mereka mau belajar, perhatian bimbingan dan motivasi;
7) Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik;
8) Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif)
9) Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dengan cara mengadakan remidi di luar pembelajaran
c. Peran peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru dan apa yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang apa akan dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya.
Karena ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dengan demikian guru harus duluan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai oleh peserta didik.
Nilai yang ditetapkan menjadi target yang harus dicapai peserta didik sehingga mereka dinyatakan tuntas dalam belajar. Penentuan ketuntasan ini didasarkan kepada teori belajar tuntas dengan asumsi bahwa :
1) Semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,
2) Standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah tuntas atau tidak tuntas
3) Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
4) Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
5) Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan program pengayaan.
6) Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
Setiap selesai satu KD guru melakukan ulangan harian dimana soal ulangan harian disusun sesuai dengan indikator KD, kemudian hasil ulangan tersebut dianalisis untuk melihat berapa banyak peserta didik yang tuntas dan belum tuntas. Bagi peserta didik yang belum tuntas dianjutkan dengan mencatat indikator-indikator yang membuat mereka tidak tuntas. Berdasarkan indikator yang tidak tuntas tersebut dilakukan remidi di luar jam pelajaran, adapun remidi ini dapat dilakukan guru di luar jam tatap muka.
Aspek afektif diukur melalui kegiatan pengamatan, dengan bantuan instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sesuai dengan KTSP, aspek afektif dititik beratkan kepada empat komponen yaitu pengamatan sikap peserta didik terhada guru, sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, sikap peserta didik ketika proses pembelajaran dan sikap peserta didik terhadap peraturan yang berlaku di kelas. Sedangkan penilaian terhadap aspek psikomotor tergantung kepada karakteristik mata pelajaran. Khusus mata pelajaran yang penulis ampu tidak ada aspek psikomotor .
Aspek afektif diukur melalui kegiatan pengamatan, dengan bantuan instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sesuai dengan KTSP, aspek afektif dititik beratkan kepada empat komponen yaitu pengamatan sikap peserta didik terhada guru, sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, sikap peserta didik ketika proses pembelajaran dan sikap peserta didik terhadap peraturan yang berlaku di kelas. Sedangkan penilaian terhadap aspek psikomotor tergantung kepada karakteristik mata pelajaran. Khusus mata pelajaran yang penulis ampu tidak ada aspek psikomotor .
Peserta didik yang telah mencapai atau lebih dari kriteria yang ditentukan disebut tuntas dan dilanyani dengan program pengayaan. Program pengayaan ini dapat diberikan guru berupa pendalaman, keluasan materi atau latihan percepatan penguasaan materi secara individu atau kelompok.
Sedangkan peserta didik yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan disebut belum tuntas maka guru akan merencanakan program remidi, dapat bersifat individual atau kelompok berupa pembelajaran ulang, bimbingan tugas, tutor sebaya, pemberian rangkuman pembelajan kemudian harus diakhiri dengan pemberian tes.
Jika masih ada peserta didik yang belum tuntas maka akan dilanjutkan program remidi sampai semua peserta didik tuntas atau mencapai kriteria yang ditetapkan.
Dengan program remidi setiap peserta didik akan merasa dihargai, dan mereka dituntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut hemat penulis apabila hal ini dilaksanakan oleh guru dengan baik maka besar harapan setiap peserta didik akan berminat bahkan bergairah dalam belajar. Maka minat belajar peserta didik semakin hari semakin bertambah terhadap mata pelajaran yang dibelajarkan oleh guru.
Simpulan
a. Implementasi pembelajaran tuntas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena setiap peserta didik dihargai menurut kecepatan belajarnya, kepada peserta didik yang lambat diberi program remidial dan kepada peserta didik yang cepat diberikan program pengayaan sehingga potensi yang ada dalam diri peserta didik dihargai.
b. Dalam pembelajaran tuntas guru bertindak sebagai fasilitator, peserta didik sebagai subjek maka peserta didiklah yang lebih banyak bekerja dibawah bimbingan guru. Pendekatan yang diberikan guru adalah pendekatan individual walaupun dalam suasana klasikal, oleh karena itu guru hendaknya memahami karakteristik masing-masing peserta didiknya sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan yang dibutuhkan peserta didik.Jika hal ini dilaksanakan maka minat belajar peserta didik akan muncul dan tumbuh dengan baik yang berpengaruh terhadap hasil belajarnya..
Direktorat Pendidikan SMA. (2010). Petunjuk Teknis Pembelajaran Tuntas, Remidial dan Pengayaan di SMA . Jakarta. Depdiknas.
Mulyasa E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Petunjuk teknis pembelajaran Tuntas, Remidial dan Pengayaan di SMA . Jakarta. Depdiknas
0 komentar:
Post a Comment