Salah satu dari enam kompetensi pengawas sekolah adalah kompetensi supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al. 2007).
Sedangkan tujuan supervisi akademik adalah pengembangan profesional guru, penumbuhan motivasi dan pegendalian mutu pembelajaran.
Dari pendapat tersebut terlihat bahwa esensi supervisi akademik adalah memberi bantuan profesional kepada guru sehingga ada perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Maka sangat lah jelas ketika guru belum berubah cara melaksanakan pembelajaran ke arah yang lebih baik supervisi yang dilakukan pengawas masih belum berhasil.
Baca Juga: Tindaklanjut Hasil Supervisi Akademik
Supervisi akademik tidak identik dengan penilaian kinerja guru, instrument yang digunakan pengawas esensinya bukan untuk menilai akan tetapi untuk mengumpulkan data -data perencanan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar yang dilakukan guru untuk di analisis, dicermati sehingga bantuan yang diberikan menjadi tepat guna, berfungsi untuk pengembangan,guru motivasi guru dalam pembelajaran.
Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan sedikitnya tiga kemampuan pengawas sekolah keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al. 2007).
Oleh sebab itu, setiap pengawas sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik terdiri dar dua macam, yaitu: Teknik supervisi individual dan supervisi kelompok (Gwyn, 1961)
A. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Pengawas sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu.
Teknik-teknik supervisi individual ini dibagi atas beberapa jenis antaranya meliputi kunjungan kelas, kunjungan observasi, pertemuan individual, dan kunjungan antar-kelas.
1. Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh pengawas sekolah dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran sehingga memperoleh data yang diperlukan untuk pembinaan guru.
Kunjungan kelas dapat dilakukan pengawas sekolah dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan dapat pula atas undangan dari guru sendiri (Supervisi klinis).
Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri atas empat tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan.
Pada tahap ini, pengawas sekolah merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas, instrument yang digunakan harus disiapkan dengan baik, pengawas sekolah harus membuat rencana tertulis yaitu Rencana Pelaksanaan Supevervisi Akademik (RPA)
b. Tahap ahap pengamatan selama kunjungan.
Pada pengamatan , pengawas sekolah melakukan pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran mulai pembukaan, kegiatan inti dan penutup pembelajaran, perlu juga diamati kesesuaian RPP yang disajikan guru dengan realitas pelaksanaannya, penggunaan media dan pengelolaan kelas.
c. Tahap akhir kunjungan.
Pada tahap akhir kunjungan , pengawas sekolah bersama guru mengadakan pertemuan untuk membicarakan hasil-hasil observasi, pengawas sekolah dapat menunjukkan data-data yang diambil dengan instrument, memberikan penguatan tentang hal-hal yang sudah dicapai sedangkan yang belum diberi bantuan melalui pembinaan, saran, diskusi dan contoh.
d. Tahap tindak lanjut.
Pada tahap ini pengawas sekolah bersama dengan guru merencanakan tindak lanjut perbaikan untuk hari selanjutnya. Pengawas sekolah menjelaskan apa saja yang harus dilakukan guru untuk perbaikan selanjutnya, sedangkan pengawas sekolah juga harus memikirkan program yang tepat untuk meningkatkan kompetensi guru.Pengawas sekolah juga harus melakukan pementapan terhadap instrument yang digunakan.
2. Observasi Kelas (Pengamatan)
Observasi kelas adalah teknik supervisi yang dilakukan supervisor untuk melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak selama proses pembelajaran yang sedang berlansung
Secara umum, aspek-aspek yang damati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
a. Usaha-usaha dan aktivitas guru-peserta didik dalam proses pembelajaran,
b. Cara menggunakan media pengajaran,
c. Variasi metode,
d. Ketepatan penggunaan media dengan materi,
e. Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f. Reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi melalui tahap: pra observasi, observasi, analisis hasil observasi, pertemuan setelah observasi dan evaluasi hasil observasi.
a. Pertemuan pra- observasi
Pengawas berunding dengan guru untuk membangun saling pengertian dan kemudahan komunikasi, sehingga kunjungan dapat dterima guru dengan tidak menakutkan. Pengawas dan guru dapat memutuskan hal-hal yang akan diamati, mulai dari metode, pengelolaan kelas sampai evaluasi pembelajaran.
Dalam rangka melakukan observasi, pengawas sekolah hendaknya telah mempersiapkan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi sehingga dapat memberikan bantuan perbaikan terhadap tugas guru.
b. Pengamatan(observasi)
Setelah mengadakan pertemuan dengan guru pengawas sekolah harus memutuskan hal-hal yang harus diamati dari kejadian-kejadian yang ada, misalnya: Apakah metode yang digunakan efektif, bagaimana aktivitas peserta didik, apakah media yang digunakan dapat berfungsi efektif ? , dan lain-lain
Selama pengamatan, pengawas mencatat butir petunjuk konstruktif dan positif, untuk menjadi bahan diskusi dengan guru yang disuperisi.
c. Analisis hasil pengamatan(observasi)
Pengawas sekolah membuat analisis secara konfrehensif terhadap data-data yang diperoleh selama pengamatan kemudian dianalisis. Pengawas sekolah kemudian mengdentifikasi perilaku positif yang harus dipertahankan dan perilaku negative harus dirubah atau diperbaiki.
d. Pertemuan setelah pengamatan(observasi)
Data yang telah dianalisis ditunjukkan kepada guru , umpan balik diberikan sehingga guru dapat memahami temuan dan melakukan perbaikan. Sebelum pengawas memberikan umpan balik , guru diberi waktu untuk memberikan refleksi terhadap apa yang dlakukannya. Pengawas harus koperatif dan kolegalitas yang tidak menekan atau mengancam guru.
e. Evaluasi hasil observasi
Dari umpan balik pengawas dan dukungan guru, maka dapat ditentukan bersama, perilaku positif dalam pembelajaran yang harus dipelihara, strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan, dan hal-hal lain yang perlu diperbaki guru dalam pembelajaran.
3. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pengawas sekolah dan guru binaanya. Tujuannya adalah:
a. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik,
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
c. Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru.
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut:
a. Classroom-conference
Classroom-conference adalah percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika siswa-siswa sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. Office-conference
Office-conference adalah percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru. (ruang tersebut sudah dilengkapi dengan media/alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c. Causal-conference
Causal-conference adalah percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru.
d. Observational visitation
Observational visitation adalah percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Hal yang dilakukan pengawas sekolah dalam pertemuan individu:
1) Berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,
2) Memotivasi guru mengatasi kesulitan-kesulitannya,
3) Memberikan pengarahan, dan
4) Menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindak-lanjutinya.
4. Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah seorang guru berkunjung ke kelas yang lain (guru lainnya) di sekolah yang sama. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai berikut:
a. Jadwal kunjungan harus direncanakan.
b. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi.
c. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
d. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.
e. Pengawas sekolah hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
f. Lakukan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
g.Segera aplikasikan ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan
kondisi yang dihadapi.
h. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutny
BACA : SUPERVERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK OBSERVASI
B. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang yang akan disupervisi berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dan analisis kemampuan kinerja guru, kemudian dikelompokan berdasarkan kebutuhan guru. Kemudian guru diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan. Dalam teknik supervisi kelompok, terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut.
1. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)
Seorang pengawas sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termasuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. Rapat tersebut dapat melibatkan Kelompok Kerja Guru (KKG), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGMP/MGBK).
2. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, pengawas sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat dan saran-saran yang diperlukan.
3. Mengadakan pelatihan (inservice-training)
Teknik ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, misalnya pelatihan untuk guru mata pelajaran tertentu. Mengingat bahwa pelatihan pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas pengawas sekolah adalah mengelola dan membimbing implementasi program tindak lanjut (follow-up) dari hasil pelatihan.
Baca Juga : Cara Menyusun Instrumen Pengawasan Sekolah
4. Selain teknik supervisi kelompok yang dijelaskan di atas, menurut Gwynn, ada tiga belas
teknik supervisi kelompok antara lain:
a. Kepanitiaan –kepanitiaan
b. Kerja kelompok
c. Laboratorium kurikulum
d. Baca terpimpin
e. Demonstrasi pembelajaran
f. Darmawisata
g. Kuliah/studi
h. Diskusi panel
i. Perpustakaan jabatan
j. Organisasi professional
k. Buletin supervisi
l. Pertemuan guru
m. Lokakarya atau konfresensi kelompok
Tiga belas teknik supervisi di menuru Gwynn akan dibahas tersendiri pada tulisan berikutnya.
Penggunaan teknik-teknik yang diuraikan di atas, sangat tergantung dengan kondisi guru di sekolah yang akan disupervisi, maka pengawas sekolah harus jeli melakukan identivikasi teknik mana yang cocok digunakan sehingga bantuan yang diberikan terhadap guru dapat berdampak kea rah perbaikan pembelajaran
Bahan Bacaan:
Peraturan Menteri Pendidikan, Nomor 13 Tahun 2007, Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. 2010. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK : Depdiknas.
Sedangkan tujuan supervisi akademik adalah pengembangan profesional guru, penumbuhan motivasi dan pegendalian mutu pembelajaran.
Dari pendapat tersebut terlihat bahwa esensi supervisi akademik adalah memberi bantuan profesional kepada guru sehingga ada perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Maka sangat lah jelas ketika guru belum berubah cara melaksanakan pembelajaran ke arah yang lebih baik supervisi yang dilakukan pengawas masih belum berhasil.
Baca Juga: Tindaklanjut Hasil Supervisi Akademik
Supervisi akademik tidak identik dengan penilaian kinerja guru, instrument yang digunakan pengawas esensinya bukan untuk menilai akan tetapi untuk mengumpulkan data -data perencanan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar yang dilakukan guru untuk di analisis, dicermati sehingga bantuan yang diberikan menjadi tepat guna, berfungsi untuk pengembangan,guru motivasi guru dalam pembelajaran.
Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan sedikitnya tiga kemampuan pengawas sekolah keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al. 2007).
Oleh sebab itu, setiap pengawas sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik terdiri dar dua macam, yaitu: Teknik supervisi individual dan supervisi kelompok (Gwyn, 1961)
A. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Pengawas sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu.
Teknik-teknik supervisi individual ini dibagi atas beberapa jenis antaranya meliputi kunjungan kelas, kunjungan observasi, pertemuan individual, dan kunjungan antar-kelas.
1. Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh pengawas sekolah dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran sehingga memperoleh data yang diperlukan untuk pembinaan guru.
Kunjungan kelas dapat dilakukan pengawas sekolah dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan dapat pula atas undangan dari guru sendiri (Supervisi klinis).
Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri atas empat tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan.
Pada tahap ini, pengawas sekolah merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas, instrument yang digunakan harus disiapkan dengan baik, pengawas sekolah harus membuat rencana tertulis yaitu Rencana Pelaksanaan Supevervisi Akademik (RPA)
b. Tahap ahap pengamatan selama kunjungan.
Pada pengamatan , pengawas sekolah melakukan pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran mulai pembukaan, kegiatan inti dan penutup pembelajaran, perlu juga diamati kesesuaian RPP yang disajikan guru dengan realitas pelaksanaannya, penggunaan media dan pengelolaan kelas.
c. Tahap akhir kunjungan.
Pada tahap akhir kunjungan , pengawas sekolah bersama guru mengadakan pertemuan untuk membicarakan hasil-hasil observasi, pengawas sekolah dapat menunjukkan data-data yang diambil dengan instrument, memberikan penguatan tentang hal-hal yang sudah dicapai sedangkan yang belum diberi bantuan melalui pembinaan, saran, diskusi dan contoh.
d. Tahap tindak lanjut.
Pada tahap ini pengawas sekolah bersama dengan guru merencanakan tindak lanjut perbaikan untuk hari selanjutnya. Pengawas sekolah menjelaskan apa saja yang harus dilakukan guru untuk perbaikan selanjutnya, sedangkan pengawas sekolah juga harus memikirkan program yang tepat untuk meningkatkan kompetensi guru.Pengawas sekolah juga harus melakukan pementapan terhadap instrument yang digunakan.
2. Observasi Kelas (Pengamatan)
Observasi kelas adalah teknik supervisi yang dilakukan supervisor untuk melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak selama proses pembelajaran yang sedang berlansung
Secara umum, aspek-aspek yang damati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
a. Usaha-usaha dan aktivitas guru-peserta didik dalam proses pembelajaran,
b. Cara menggunakan media pengajaran,
c. Variasi metode,
d. Ketepatan penggunaan media dengan materi,
e. Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f. Reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi melalui tahap: pra observasi, observasi, analisis hasil observasi, pertemuan setelah observasi dan evaluasi hasil observasi.
a. Pertemuan pra- observasi
Pengawas berunding dengan guru untuk membangun saling pengertian dan kemudahan komunikasi, sehingga kunjungan dapat dterima guru dengan tidak menakutkan. Pengawas dan guru dapat memutuskan hal-hal yang akan diamati, mulai dari metode, pengelolaan kelas sampai evaluasi pembelajaran.
Dalam rangka melakukan observasi, pengawas sekolah hendaknya telah mempersiapkan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi sehingga dapat memberikan bantuan perbaikan terhadap tugas guru.
b. Pengamatan(observasi)
Setelah mengadakan pertemuan dengan guru pengawas sekolah harus memutuskan hal-hal yang harus diamati dari kejadian-kejadian yang ada, misalnya: Apakah metode yang digunakan efektif, bagaimana aktivitas peserta didik, apakah media yang digunakan dapat berfungsi efektif ? , dan lain-lain
Selama pengamatan, pengawas mencatat butir petunjuk konstruktif dan positif, untuk menjadi bahan diskusi dengan guru yang disuperisi.
c. Analisis hasil pengamatan(observasi)
Pengawas sekolah membuat analisis secara konfrehensif terhadap data-data yang diperoleh selama pengamatan kemudian dianalisis. Pengawas sekolah kemudian mengdentifikasi perilaku positif yang harus dipertahankan dan perilaku negative harus dirubah atau diperbaiki.
d. Pertemuan setelah pengamatan(observasi)
Data yang telah dianalisis ditunjukkan kepada guru , umpan balik diberikan sehingga guru dapat memahami temuan dan melakukan perbaikan. Sebelum pengawas memberikan umpan balik , guru diberi waktu untuk memberikan refleksi terhadap apa yang dlakukannya. Pengawas harus koperatif dan kolegalitas yang tidak menekan atau mengancam guru.
e. Evaluasi hasil observasi
Dari umpan balik pengawas dan dukungan guru, maka dapat ditentukan bersama, perilaku positif dalam pembelajaran yang harus dipelihara, strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan, dan hal-hal lain yang perlu diperbaki guru dalam pembelajaran.
3. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pengawas sekolah dan guru binaanya. Tujuannya adalah:
a. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik,
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
c. Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru.
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut:
a. Classroom-conference
Classroom-conference adalah percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika siswa-siswa sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. Office-conference
Office-conference adalah percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru. (ruang tersebut sudah dilengkapi dengan media/alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c. Causal-conference
Causal-conference adalah percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru.
d. Observational visitation
Observational visitation adalah percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Hal yang dilakukan pengawas sekolah dalam pertemuan individu:
1) Berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,
2) Memotivasi guru mengatasi kesulitan-kesulitannya,
3) Memberikan pengarahan, dan
4) Menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindak-lanjutinya.
4. Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah seorang guru berkunjung ke kelas yang lain (guru lainnya) di sekolah yang sama. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai berikut:
a. Jadwal kunjungan harus direncanakan.
b. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi.
c. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
d. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.
e. Pengawas sekolah hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
f. Lakukan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
g.Segera aplikasikan ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan
kondisi yang dihadapi.
h. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutny
BACA : SUPERVERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK OBSERVASI
B. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang yang akan disupervisi berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dan analisis kemampuan kinerja guru, kemudian dikelompokan berdasarkan kebutuhan guru. Kemudian guru diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan. Dalam teknik supervisi kelompok, terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut.
1. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)
Seorang pengawas sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termasuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. Rapat tersebut dapat melibatkan Kelompok Kerja Guru (KKG), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGMP/MGBK).
2. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, pengawas sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat dan saran-saran yang diperlukan.
3. Mengadakan pelatihan (inservice-training)
Teknik ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, misalnya pelatihan untuk guru mata pelajaran tertentu. Mengingat bahwa pelatihan pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas pengawas sekolah adalah mengelola dan membimbing implementasi program tindak lanjut (follow-up) dari hasil pelatihan.
Baca Juga : Cara Menyusun Instrumen Pengawasan Sekolah
4. Selain teknik supervisi kelompok yang dijelaskan di atas, menurut Gwynn, ada tiga belas
teknik supervisi kelompok antara lain:
a. Kepanitiaan –kepanitiaan
b. Kerja kelompok
c. Laboratorium kurikulum
d. Baca terpimpin
e. Demonstrasi pembelajaran
f. Darmawisata
g. Kuliah/studi
h. Diskusi panel
i. Perpustakaan jabatan
j. Organisasi professional
k. Buletin supervisi
l. Pertemuan guru
m. Lokakarya atau konfresensi kelompok
Tiga belas teknik supervisi di menuru Gwynn akan dibahas tersendiri pada tulisan berikutnya.
Penggunaan teknik-teknik yang diuraikan di atas, sangat tergantung dengan kondisi guru di sekolah yang akan disupervisi, maka pengawas sekolah harus jeli melakukan identivikasi teknik mana yang cocok digunakan sehingga bantuan yang diberikan terhadap guru dapat berdampak kea rah perbaikan pembelajaran
Bahan Bacaan:
Peraturan Menteri Pendidikan, Nomor 13 Tahun 2007, Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. 2010. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK : Depdiknas.
ijin
ReplyDelete