1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik dikenal dengan pendekatan berbasis ilmiah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berbasis pengamatan, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan oleh peserta didik (Permendikbud nomor 81A : lampiran IV). Pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menggunakan proses kegiatan pembelajaran yang mengacu kepada esensi pendekatan saintifik.
Pendekatan yang yang didasari teori Jerome Bruner tersebut menekankan aspek sikap yang artinya bahwa peserta didik tahu mengapa, pengetahuan artinya peserta didik tahu apa, dan keterampilan artinya peserta didik dapat mempelajari sesuatu dengan mengetahui dengan tahu bagaimana.
Dari asumsi demikian, maka dalam kegiatan pembelajaran atau proses kerjanya mengedepankan penalaran induktif. Adapun penalaran induktif (Inductive Reasoning) merupakan kegiatan dalam langkah pengambilan bukti-bukti pengamatan secara spisifik dan menghubungkannya ke dalam relasi ide-ide yang luas. Artinya, dalam kegiatan ini kajian secara spesifik menjadi langkah yang penting dalam merumuskan kesimpulan secara keseluruhan. Arah kegiatan peserta didik pada penalaran induktif lebih menekankan pentingnya telaah pengkajian sebagai bukti pengamatan secara spesifik.
Baca juga : PAIKEM dan Penerapannya di Kelas
Berbeda dengan penalaran deduktif yang bergerak dari hal yang umum menuju ke yang lebih khusus. Penalaran deduktif (Deductive Reasoning) adalah kegiatan atau proses kerja yang menyatakan fenomena secara umum, penalaran deduktif melihat suatu gejala atau fenomena atau permasahan secara umum kemudian menarik simpulan secara spesifik.
Bila ditilik dari kata “sain” mengartikan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengarah kepada keilmuan yang mengedepankan aspek kebenaran kenyataan dan fakta dengan melakukan riset secara logika dan bukan sebatas kira-kira, tafsiran dan hasil cerita yang tidak mengandung jawaban dan informasi yang jelas. Pendekatan saintifik membuang anggapan bahwa penjelasan guru, respon dari peserta didik , interaksi antara guru dan peserta didik hanyalah sebagai tafsiran yang hanya sebatas serta merta, pemikiran subjektif, dan hanya sebagai bentuk sikap penalaran yang menyimpang dari alur logis sebuah pemikiran.
Pendekatan dengan Saintifik berpandangan bahwa gagasan, pemikiran dan pandangan harus disertai dengan sebuah uji keilmiahan atau penelitian. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientifik) adalah pendekatan dengan teknik pembelajaran yang meliputi, mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring dari semua mata pelajaran.
Pendekatan saintifik model kurikulum 2013 merupakan model pembelajaran yang menekankan pentingnya penekanan sikap, keterampilan dan pengetahuan pada peserta didik diyakini dapat menumbuh kembangkan daya kreativitas peserta didik dalam belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik atau model pembelajaran ilmiah ini di dalam menarik sebuah simpulan umum senantiasa memperhatikan fenomena unik yang terjadi dengan melakukan kajian secara spesifik dan juga secara detail. Pendekatan saintifik tersebut bila disimpulkan lebih merujuk kepada teknik-teknik investigasi atau mencari informasi terhadap fenomena atau suatu gejala, kemudian mencari pengetahuan baru selanjutnya memadukannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya.
Oleh sebab itu, pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah cenderung berbasis pada bukti-bukti dari fenomena untuk dapat diobservasi, empiris dan dapat terukur serta teruji dengan prinsip-prinsip menggunakan penalaran secara spesifik.
2. Karakteristik Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. berpusat pada siswa.
b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat mengembangkan karakter siswa.
3. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
Bahan Caan :
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta: Depdikbud
Pendekatan Saintifik dikenal dengan pendekatan berbasis ilmiah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berbasis pengamatan, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan oleh peserta didik (Permendikbud nomor 81A : lampiran IV). Pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menggunakan proses kegiatan pembelajaran yang mengacu kepada esensi pendekatan saintifik.
Pendekatan yang yang didasari teori Jerome Bruner tersebut menekankan aspek sikap yang artinya bahwa peserta didik tahu mengapa, pengetahuan artinya peserta didik tahu apa, dan keterampilan artinya peserta didik dapat mempelajari sesuatu dengan mengetahui dengan tahu bagaimana.
Dari asumsi demikian, maka dalam kegiatan pembelajaran atau proses kerjanya mengedepankan penalaran induktif. Adapun penalaran induktif (Inductive Reasoning) merupakan kegiatan dalam langkah pengambilan bukti-bukti pengamatan secara spisifik dan menghubungkannya ke dalam relasi ide-ide yang luas. Artinya, dalam kegiatan ini kajian secara spesifik menjadi langkah yang penting dalam merumuskan kesimpulan secara keseluruhan. Arah kegiatan peserta didik pada penalaran induktif lebih menekankan pentingnya telaah pengkajian sebagai bukti pengamatan secara spesifik.
Baca juga : PAIKEM dan Penerapannya di Kelas
Berbeda dengan penalaran deduktif yang bergerak dari hal yang umum menuju ke yang lebih khusus. Penalaran deduktif (Deductive Reasoning) adalah kegiatan atau proses kerja yang menyatakan fenomena secara umum, penalaran deduktif melihat suatu gejala atau fenomena atau permasahan secara umum kemudian menarik simpulan secara spesifik.
Bila ditilik dari kata “sain” mengartikan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengarah kepada keilmuan yang mengedepankan aspek kebenaran kenyataan dan fakta dengan melakukan riset secara logika dan bukan sebatas kira-kira, tafsiran dan hasil cerita yang tidak mengandung jawaban dan informasi yang jelas. Pendekatan saintifik membuang anggapan bahwa penjelasan guru, respon dari peserta didik , interaksi antara guru dan peserta didik hanyalah sebagai tafsiran yang hanya sebatas serta merta, pemikiran subjektif, dan hanya sebagai bentuk sikap penalaran yang menyimpang dari alur logis sebuah pemikiran.
Pendekatan dengan Saintifik berpandangan bahwa gagasan, pemikiran dan pandangan harus disertai dengan sebuah uji keilmiahan atau penelitian. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientifik) adalah pendekatan dengan teknik pembelajaran yang meliputi, mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring dari semua mata pelajaran.
Pendekatan saintifik model kurikulum 2013 merupakan model pembelajaran yang menekankan pentingnya penekanan sikap, keterampilan dan pengetahuan pada peserta didik diyakini dapat menumbuh kembangkan daya kreativitas peserta didik dalam belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik atau model pembelajaran ilmiah ini di dalam menarik sebuah simpulan umum senantiasa memperhatikan fenomena unik yang terjadi dengan melakukan kajian secara spesifik dan juga secara detail. Pendekatan saintifik tersebut bila disimpulkan lebih merujuk kepada teknik-teknik investigasi atau mencari informasi terhadap fenomena atau suatu gejala, kemudian mencari pengetahuan baru selanjutnya memadukannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya.
Oleh sebab itu, pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah cenderung berbasis pada bukti-bukti dari fenomena untuk dapat diobservasi, empiris dan dapat terukur serta teruji dengan prinsip-prinsip menggunakan penalaran secara spesifik.
2. Karakteristik Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. berpusat pada siswa.
b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat mengembangkan karakter siswa.
3. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Pengalaman belajar
|
Deskripsi Kegiatan yang Dilakukan
|
Bentuk Hasil Belajar
|
Mengamati (observing)
|
Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, meraba, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.
|
Perhatian pada waktu mengamati suatu Objek /membaca suatu tulisan /mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati
|
Menanya (questioning)
|
Membuat dan mengajukan
pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi
yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi
|
Kemampuan mengajukan pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dari kompleks ke yang lebih kompleks antara lain berbentuk hipotetik
|
Mengumpulkan informasi/men-coba
(experimenting)
|
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,mendemonstra-sikan,meniru untuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi /mengembangkan.
|
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
|
Menalar/Menga-sosiasi
(associating)
|
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau meng-hubungkan fenomena/in-formasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
|
Mengembangkan interpret-tasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta(konsep), inter-pretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesim-pulan dari konsep/teori /pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
|
Menalar/Menga-sosiasi
(associating)
|
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau meng-hubungkan fenomena/in-formasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
|
Mengembangkan interpret-tasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta(konsep), inter-pretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesim-pulan dari konsep/teori /pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
|
Mengomunika- sikan
(communicating)
|
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meli-puti proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
|
Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain
|
4. Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas kegiatan mengamati , merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan mengkomunikasikan hasil proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari pengertian, karakteristik dan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik memiliki kekuatan dan kelemahan dari masing-masing komponenya seperti ditunjukkan tabel berikut ini:
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas kegiatan mengamati , merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan mengkomunikasikan hasil proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari pengertian, karakteristik dan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik memiliki kekuatan dan kelemahan dari masing-masing komponenya seperti ditunjukkan tabel berikut ini:
Tabel 2. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik
Komponen
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
Mengamati
|
- Peserta didik senang dan tertantang, memfasilitasisi peserta didik bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, dan peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
- Peserta didik diharapkan dapat menyajikan media obyek secara nyata,
|
- Dalam prosesnya, peserta didik seringkali acuh tak acuh terhadap fenomena alam.
- Motivasi peserta didik rendah,
- -Memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
-Biaya dan tenaga relatif banyak,
- Jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
|
Menanya
|
- Bertanya, membuat peserta didik proaktif dalam mencari pembuktian atas penalarannya. Hal ini memicu mereka untuk bertindak lebih jauh ke arah positif seperti keinginan yang tinggi untuk membuktikan jawaban atas pertanyaannya.
- Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
- Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
- Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
-Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
-Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
- Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
- Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
- Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
|
- Jenis pertanyaan kadang tidak relevan.
Kualitas pertanyaan peserta didik masih rendah.
- Kemampuan awal menjadi tolak ukur peserta didik untuk bertanya sehingga intensitas bertanya dalam kelas sangat bergantung pada kemampuan awal yang didapat dari jenjang atau materi sebelumnya.
- Tidak semua peserta didik memiliki keberanian untuk bertanya, kadang peserta didik beranggapan bahwa bertanya berarti cenderung tidak pintar
|
Menanya
|
- Bertanya, membuat peserta didik proaktif dalam mencari pembuktian atas penalarannya. Hal ini memicu mereka untuk bertindak lebih jauh ke arah positif seperti keinginan yang tinggi untuk membuktikan jawaban atas pertanyaannya.
- Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
- Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
- Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
-Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
-Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
- Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
- Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
- Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
|
- Jenis pertanyaan kadang tidak relevan.
Kualitas pertanyaan peserta didik masih rendah.
- Kemampuan awal menjadi tolak ukur peserta didik untuk bertanya sehingga intensitas bertanya dalam kelas sangat bergantung pada kemampuan awal yang didapat dari jenjang atau materi sebelumnya.
- Tidak semua peserta didik memiliki keberanian untuk bertanya, kadang peserta didik beranggapan bahwa bertanya berarti cenderung tidak pintar
|
Menalar
|
- Melatih siswa untuk mengkaitkan hubungan sebab-akibat
- Merangsang peserta didik untuk berfikir tentang kemungkinan kebenaran dari sebuah teori.
|
Peserta didik terkadang malas untuk menalar sesuatu karena sudah terbiasa mendapatkan informasi langsung oleh guru.
|
Mencoba
|
-Peserta didik merasa lebih tertarik terhadap pelajaran dalam menemukan atau melakukan sesuatu.
- Peserta didik diberikan kesempatan untuk membuktikan kebenaran atas penalarannya
-- Membuat ilmu yang didapatkan melekat dalam waktu yang lama dibandingkan diberitau langsung oleh guru.
-Melatih peserta didik untuk bertindak teliti, bertanggung -jawab, cermat dan berhati-hati.
|
-Percobaan yang dilakukan oleh peserta didik seringkali tidak diikuti oleh rasa ketelitian dan kehati-hatian peserta didik.
-Memerlukan waktu yang lebih dalam menemukan jawaban atas percobaan
|
Mengkomunikasikan
|
- Peserta didik dilatih untuk dapat bertanggung jawab atas hasil temuannya.
-Peserta didik diharuskan membuat/menyusun ide gagasannya secara terstruktur agar mudah disampaikan
|
- Tidak semua peserta didik berani menyampaikan ide gagasan atau hasil penemuannya
-Tidak semua peserta didik pandai dalam menyampaikan informasi
|
Kekuatan seperti dijelaskan di atas akan terus dipertahankan sedangkan kelemahan, solusinya adalah guru perlu menumbuhkan motivasi peserta didik. Salah satu caranya guru sebagai pembimbing peserta didik dalam membimbing belajar harus kreatif dan inovatif memotivasi peserta didik, menggali peserta didik agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi salah dengan membuat rencana pembelajaran yang dapat membuat peserta didik senang dalam mengamati objek seperti penggunaan media /alat peraga yang tepat.
Bahan Caan :
Eka Prihatin. (2008). Guru sebagai Fasilitator. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.
Hudoyo, Herman . (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK
Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.
N.K. Roestiyah (1989). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Bina Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV. Jakarta: Depdikbud
0 komentar:
Post a Comment