Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) sebagai manifestasi dari nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Seseorang yang memiliki karakter yang baik selalu ada nilai-nilai kebaikan yang terpateri dalam diri dan diwujudkan dalam perilaku yang memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsanya. Karakter yang kuat dari seseorang akan membentuk dirinya menjadi pelaku perubahan bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya.
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas merupakan gerakan pendidikan karakter yang dikelola guru di kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup Pancasila.
Penguatan pendidikan karakter di sekolah merujuk pada lima nilai utama yang meliputi; (1) religius; (2) nasionalis; (3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas.
Dari lima pendidikan karakter ini dikembangkan nilai-nilai karakter yang lain seperti tanggungjawab, disiplin, kerja sama , toleransi dan sebagainya. Adapun beberapa kegiatan yang dipersiapkan dan dilakukan guru di kelas adalah sebagai berikut:
1. Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam kurikulum mengandung arti bahwa guru mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran yang diajarkannya khususnya dalam merancang silabus, RPP dan penilaian .
Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Guru dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan penguatan nilai-nilai utama PPK.
Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
a. melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran;
b. mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
c. melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
d. melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan; dan e.melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
Seseorang yang memiliki karakter yang baik selalu ada nilai-nilai kebaikan yang terpateri dalam diri dan diwujudkan dalam perilaku yang memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsanya. Karakter yang kuat dari seseorang akan membentuk dirinya menjadi pelaku perubahan bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya.
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas merupakan gerakan pendidikan karakter yang dikelola guru di kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup Pancasila.
Penguatan pendidikan karakter di sekolah merujuk pada lima nilai utama yang meliputi; (1) religius; (2) nasionalis; (3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas.
Dari lima pendidikan karakter ini dikembangkan nilai-nilai karakter yang lain seperti tanggungjawab, disiplin, kerja sama , toleransi dan sebagainya. Adapun beberapa kegiatan yang dipersiapkan dan dilakukan guru di kelas adalah sebagai berikut:
1. Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam kurikulum mengandung arti bahwa guru mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran yang diajarkannya khususnya dalam merancang silabus, RPP dan penilaian .
Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Guru dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan penguatan nilai-nilai utama PPK.
Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
a. melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran;
b. mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
c. melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
d. melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan; dan e.melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
2. PPK Melalui Manajemen kelas
Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil.
Guru memiliki kewenangan dalam mempersiapkan dalam rencana pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai karakter , , menerapkan saat pembelajaran danmelakukan evaluasi dan refleksi setelah pembelajaran.
Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter.
Contohnya, sebelum memulai pelajaran guru mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi pembelajaran, dimulai dengan berdoa untuk menanamkan karakter religious, guru memperhatikan kehadiran dan kelengkapan berpakaian untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat peserta didik belajar.
Aturan yang dibuat harus dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati bersama dengan peserta didik. Pengaturan kelas penting agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar. Pengelolaan kelas yang baik oleh guru sangat berpengaruh terhadap karakter yang baik peserta didik.
Contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter.
a. Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi).
b. Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
c. Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatandalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).
d. Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana empersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
Guru memiliki kewenangan dalam mempersiapkan dalam rencana pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai karakter , , menerapkan saat pembelajaran danmelakukan evaluasi dan refleksi setelah pembelajaran.
Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter.
Contohnya, sebelum memulai pelajaran guru mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi pembelajaran, dimulai dengan berdoa untuk menanamkan karakter religious, guru memperhatikan kehadiran dan kelengkapan berpakaian untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat peserta didik belajar.
Aturan yang dibuat harus dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati bersama dengan peserta didik. Pengaturan kelas penting agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar. Pengelolaan kelas yang baik oleh guru sangat berpengaruh terhadap karakter yang baik peserta didik.
Contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter.
a. Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi).
b. Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
c. Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatandalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).
d. Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana empersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
3. PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran
Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.
Guru harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik.
Metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Melalui metode tersebut diharapkan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut guru dapat memilih metode/pendekatan pembelajaran yang kontekstual seperti:
a. Metode pembelajaran saintifik (scientific learning), sebagai metode pembelajaran yang didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.
b. Metode inquiry/discovery learning, yaitu metode penyingkapan/penelitian dimana peserta didik digiring untuk menemukan sesuatu melalui tindakan yang telah direncanakan guru.
c. Metode pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),yaitu metode pembelajaran yang memfokuskan pada identifikasi serta pemecahan masalah nyata, praktis, kontekstual,berbentuk masalah yang strukturnya tidak jelas atau belum jelas solusinya(ill-structured) atau open ended yang ada dalam kehidupan siswa sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui prosedur ilmiah dalam pembelajaran, yang kegiatannya biasanya dilaksanakan secara berkelompok.
d. Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yaitu pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilanmeneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
e. Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning),yaitu suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan keanggotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda).
dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
f. Metode pembelajaran berbasis teks (text-based instruction/genrebased instruction), yaitu pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan siswa untuk menyusun teks. Perancangan unit-unit pembelajarannya mengarahkan siswa agar mampu memahami dan memproduksi teks baik lisan maupun tulis dalam berbagai konteks.
Untuk itu, siswa perlu memahami fungsi sosial, struktur, dan fitur kebahasaan teks. Pilihan dan penggunaan metode-metode pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan beberapa strategi, antara lain:
a. Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning). Melalui pembelajaran ini, peserta didik berlatih bagaimana bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan sebuah proyek bersama. Fokus nilai dan keterampilan yang menjadi sasaran dalam strategi pembelajaran kolaboratif adalah kemampuan bekerja sama.
b. Presentasi
Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil pemikiran, tulisan, dan kajiannya di depan kelas. Nilai yang dibangun dengan strategi ini adalah rasa percaya diri,kemampuan berkomunikasi dan menyampaikan gagasan, serta kemampuan untuk mempertahankan pendapat dalam berargumentasi. Bagi peserta didik yang mempresentasikan, ia akan berlatih berargumentasi dengan baik. Bagi teman-teman sekelas, mereka akan belajar mengkritisi sebuah
rgumentasi dengan memberikan argumentasi lain yang lebih rasional dan berdasarkan data/fakta. Strategi ini akan memperkuat kemampuan untuk berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
c. Diskusi
Dalam pembelajaran, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif bersama teman-temannya secara berkelompok, berintegrasi secara verbal, saling bertukar pikiran dan informasi, saling mempertahankan pendapat, mengajukan usulan dan gagasan yang lebih baik, serta bersama-sama memecahkan masalah tertentu dalam pembelajaran. Fokus penguatan karakter pada strategi ini adalah kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, menghargai pendapat orang lain, percaya diri, dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara berargumentasi yang baik.
d. Debat
Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beradu argumentasi dalam sebuah perdebatan yang topiknya dipilih secara aktual dan kontekstual, agar mereka dapat mempertahankan argumentasinya secara logis, rasional, dengan bahasa yang komunikatif dan memikat perhatian pendengar (audiens). Fokus penguatan karakter pada strategi inia dalah kemampuan berpikir kritis,kemampuan berkomunikasi, percaya diri, dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara berargumentasi yang baik.
e. Pemanfaatan TIK
Guru membiasakan peserta didik dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam rangka menyelesaikan tugastugas sekolah. Dengan memanfaatkan TIK untuk pembelajaran, diharapkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan sarana TIK lebih baik, pembelajaran pun lebih efektif dan menarik.
Guru harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik.
Metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Melalui metode tersebut diharapkan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut guru dapat memilih metode/pendekatan pembelajaran yang kontekstual seperti:
a. Metode pembelajaran saintifik (scientific learning), sebagai metode pembelajaran yang didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.
b. Metode inquiry/discovery learning, yaitu metode penyingkapan/penelitian dimana peserta didik digiring untuk menemukan sesuatu melalui tindakan yang telah direncanakan guru.
c. Metode pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),yaitu metode pembelajaran yang memfokuskan pada identifikasi serta pemecahan masalah nyata, praktis, kontekstual,berbentuk masalah yang strukturnya tidak jelas atau belum jelas solusinya(ill-structured) atau open ended yang ada dalam kehidupan siswa sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui prosedur ilmiah dalam pembelajaran, yang kegiatannya biasanya dilaksanakan secara berkelompok.
d. Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yaitu pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilanmeneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
e. Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning),yaitu suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan keanggotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda).
dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
f. Metode pembelajaran berbasis teks (text-based instruction/genrebased instruction), yaitu pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan siswa untuk menyusun teks. Perancangan unit-unit pembelajarannya mengarahkan siswa agar mampu memahami dan memproduksi teks baik lisan maupun tulis dalam berbagai konteks.
Untuk itu, siswa perlu memahami fungsi sosial, struktur, dan fitur kebahasaan teks. Pilihan dan penggunaan metode-metode pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan beberapa strategi, antara lain:
a. Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning). Melalui pembelajaran ini, peserta didik berlatih bagaimana bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan sebuah proyek bersama. Fokus nilai dan keterampilan yang menjadi sasaran dalam strategi pembelajaran kolaboratif adalah kemampuan bekerja sama.
b. Presentasi
Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil pemikiran, tulisan, dan kajiannya di depan kelas. Nilai yang dibangun dengan strategi ini adalah rasa percaya diri,kemampuan berkomunikasi dan menyampaikan gagasan, serta kemampuan untuk mempertahankan pendapat dalam berargumentasi. Bagi peserta didik yang mempresentasikan, ia akan berlatih berargumentasi dengan baik. Bagi teman-teman sekelas, mereka akan belajar mengkritisi sebuah
rgumentasi dengan memberikan argumentasi lain yang lebih rasional dan berdasarkan data/fakta. Strategi ini akan memperkuat kemampuan untuk berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
c. Diskusi
Dalam pembelajaran, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif bersama teman-temannya secara berkelompok, berintegrasi secara verbal, saling bertukar pikiran dan informasi, saling mempertahankan pendapat, mengajukan usulan dan gagasan yang lebih baik, serta bersama-sama memecahkan masalah tertentu dalam pembelajaran. Fokus penguatan karakter pada strategi ini adalah kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, menghargai pendapat orang lain, percaya diri, dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara berargumentasi yang baik.
d. Debat
Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beradu argumentasi dalam sebuah perdebatan yang topiknya dipilih secara aktual dan kontekstual, agar mereka dapat mempertahankan argumentasinya secara logis, rasional, dengan bahasa yang komunikatif dan memikat perhatian pendengar (audiens). Fokus penguatan karakter pada strategi inia dalah kemampuan berpikir kritis,kemampuan berkomunikasi, percaya diri, dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara berargumentasi yang baik.
e. Pemanfaatan TIK
Guru membiasakan peserta didik dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam rangka menyelesaikan tugastugas sekolah. Dengan memanfaatkan TIK untuk pembelajaran, diharapkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan sarana TIK lebih baik, pembelajaran pun lebih efektif dan menarik.
4. PPK Melalui Pembelajaran Tematis
Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematis adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu.Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin memperkaya praksis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan.Satuan pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan karakter.
5. PPK Melalui Gerakan literasi
Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses, memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik..
Dalam konteks kegiatan PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum. Setiap guru dapat mengajak peserta didik membaca, menulis, menyimak, dan mengomunikasikan secara teliti, cermat, dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai sumber, baik buku, surat kabar, media sosial, maupun media-media lain.
Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di sekolah, antara lain buku, surat kabar, dan internet. Oleh sebab itu, keberadaan dan peranan pojok baca, perpustakaan sekolah, dan jaringan internet menjadi penting untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Kreativitas guru merupakan faktor penting dalam menyajikan program dan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara cerdas, agar peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti perlu menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan dan memulai gerakan literasi di sekolah.
BACAJUGA: PENILAIAN SIKAP DALAM KURIKULUM 2013
6. PPK Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling
Guru BK sangat berperan dalam Penguatan Pendidikan Karakter , yang dapat dilakukan melalui pendampingan dan program bimbingan dan konseling. Guru BK hendaknya tidak terfokus hanya membantu peserta didik yang bermasalah, akan tetapi membantu semua peserta didik dalam pengembangan ragam potensi, meliputi pengembangan aspek akademik, karier, pribadi, dan sosial.
Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara kolaboratif dengan para guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, maupun orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Keutuhan layanan bimbingan dan konseling diwujudkan dalam landasan filosofis bimbingan dan konseling yang memandirikan, berorientasi perkembangan, dengan komponen-komponen program yang mencakup (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) perencanaan individual dan peminatan, dan (4) dukungan sistem (sesuai Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah).
Lima nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas sangat sejalan dengan filosofi bimbingan dankonseling yang memandirikan. Peran dan tanggung jawab bimbingan dan konseling dalam PPK adalah pengembangan perilaku jangka panjang yang menyangkut lima nilai utama tersebut sebagai kekuatan nilai pada pribadi individu di dalam mengembangkan potensi di bidang belajar, karier, pribadi, dan sosial.
Dalam konteks kegiatan PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum. Setiap guru dapat mengajak peserta didik membaca, menulis, menyimak, dan mengomunikasikan secara teliti, cermat, dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai sumber, baik buku, surat kabar, media sosial, maupun media-media lain.
Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di sekolah, antara lain buku, surat kabar, dan internet. Oleh sebab itu, keberadaan dan peranan pojok baca, perpustakaan sekolah, dan jaringan internet menjadi penting untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Kreativitas guru merupakan faktor penting dalam menyajikan program dan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara cerdas, agar peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti perlu menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan dan memulai gerakan literasi di sekolah.
BACAJUGA: PENILAIAN SIKAP DALAM KURIKULUM 2013
6. PPK Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling
Guru BK sangat berperan dalam Penguatan Pendidikan Karakter , yang dapat dilakukan melalui pendampingan dan program bimbingan dan konseling. Guru BK hendaknya tidak terfokus hanya membantu peserta didik yang bermasalah, akan tetapi membantu semua peserta didik dalam pengembangan ragam potensi, meliputi pengembangan aspek akademik, karier, pribadi, dan sosial.
Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara kolaboratif dengan para guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, maupun orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Keutuhan layanan bimbingan dan konseling diwujudkan dalam landasan filosofis bimbingan dan konseling yang memandirikan, berorientasi perkembangan, dengan komponen-komponen program yang mencakup (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) perencanaan individual dan peminatan, dan (4) dukungan sistem (sesuai Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah).
Lima nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas sangat sejalan dengan filosofi bimbingan dankonseling yang memandirikan. Peran dan tanggung jawab bimbingan dan konseling dalam PPK adalah pengembangan perilaku jangka panjang yang menyangkut lima nilai utama tersebut sebagai kekuatan nilai pada pribadi individu di dalam mengembangkan potensi di bidang belajar, karier, pribadi, dan sosial.
0 komentar:
Post a Comment