Tidak dapat dipungkiri bahwa risiko selalu ada dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pengelolaan sekolah. Semua kegiatan sekolah pasti selalu mengandung risiko. Ada kegiatan yang risiko kecil dan ada pula yang risiko besar.
Untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan dari perbagai keputusan/kegiatan sekolah, sangat dibutuhkan kepala sekolah yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang berani mengambil risiko dalam setiap keputusan yang ditetapkan.
Keberanian mengambil risiko mejadi salah satu komponen kepemimpinan kewirausahaan sekaligus kemampuan manajerial dari seorang kepala sekolah.
Berani mengambil risiko tidak hanya sekedar berani, namun risiko diambil dengan mempertimbangkan banyak faktor, sehingga pengambilan risiko tidak berdampak negatif. Untuk itu perlu adanya penerapan manajemen risiko di sekolah.
A. Konsep Manajemen Risiko
Risiko diartikan sebagai konsekuensi , dampak , “bahaya” yang dapat terjadi akibat suatu keputusan atau sebuah proses yang sedang berlangsung maupun kejadian yang akan datang.
Jika kita meminjam istilah dalam bidang asuransi, bahwa risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Risiko dapat terjadi dimananpun dan kapanpun, maka kepala sekolah pastilah banyak berhadapan dengan resiko khususnya dalam pengelolaan sekolah.
Risiko tidak dapat dihindari, namun dapat diminimalisir, untuk itu perlu pemahaman tentang manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkembang dalam mengelola suatu organsasi.
Hal tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan semua risiko yang terjadi pada kegiatan yang lalu,sekarang dan khususnya yang akan datang.
Manajemen risiko berkaitan dengan dua aspek risiko positif dan negatif. Oleh karena itu risiko dipertimbangkan dari perspektif keduanya.
Dalam bidang keselamatan, secara umum diakui bahwa konsekuensi merupakan hanya sisi negatif, oleh karena itu manajemen risiko keselamatan difokuskan pada preventif dan mitigasi dari kerusakan atau kesalahan.
Fokus dari manajemen risiko yang baik yaitu identifikasi dan perlakuan risiko. Manajemen risiko memberikan suatu cara secara terstruktur tentang identifikasi dan analisis risiko, serta pemikiran dan implementasi respon yang tepat dari akibat yang ditimbulkan (Moeller, 2007).
Baca Juga: Konsep dan Cara Membuat SOP di Sekolah
Strategi manajemen risiko menurut Cendrowski & Mair (2009) terdiri dari 3 komponen yaitu identifikasi risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi dari suatu risiko merupakan langkah pertama dalam penilaian risiko. Tanpa identifikasi risiko yang tepat, suatu analisis risiko sangat kekurangan informasi yang potensial.
Identifikasi risiko ditujukan untuk menjawab pertanyaan: Apa yang salah jika dibandingkan dengan harapan ?manajemen risiko mencari jalan keluar untuk pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? diawali dengan membuat analisis SWOT.
2. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah untuk membuat keputusan berdasar pada hasil analisa risiko tentang perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap risiko. Evaluasi risiko berawal dari analisis dampak dari risiko yang ada. Dengan mengetahui dampak maka dapat ditentukan prioritas penyelesaiannya.
3. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko adalah suatu metodologi yang secara sistemik digunakan untuk mengurangi risiko. Mitigasi risiko dapat dicapai melalui beberapa cara antara lain:
a. Risk Assumption.
Risk assumption adalah menerima risiko dan melanjutkan operasional kegiatan atau untuk mengimplemetasikan kontrol menjadi risiko lebih rendah menjadi tingkat yang diterima.
b. Risk Avoidance.
Risk avoidance adalah menghindari/menghilangkan risiko melalui eliminasi penyebab risiko dan/atau konsekuensinya.
c. Risk Limitation.
Risk limitation adalah membatasi risiko melalui implementasi kontrol yang
meminimalkan pengaruh merugikan dari kegiatan perlakuan suatu kerawanan (misalnya, melakukan pencegahan, detektif kontrol).
d. Risk Planning.
Risk planning adalah mengelola risiko melalui pengembangan suatu rencana mitigasi risiko melalui pengotrolan perawatan, proses prioritas, implementasi.
e. Research and Acknowledgment.
Research and acknowledgment adalah menurunkan risiko hingga hilang dengan cara pengakuan kerawanan atau kesalahan dan penelitian untuk mengkoreksi kerawanan atau kesalahan tersebut.
f. Risk Transference.
Risk Transference adalah mentransfer risiko melalui pilihan lain untuk kompensasi kerugian, misalnya pembelian asuransi kecelakaan
B. Proses Manajemen Risiko
Tujuan manajemen risiko yaitu mengidentifikasi dan menganalisis risiko serta mengelola konsekuensinya. Menurut NSW Trasury (2004), proses manajemen risiko harus dimulai dari tahap perencanaan strategi proyek yang diusulkan yang terdiri dari beberapa tahap kunci yang memiliki aplikasi umum dan dapat diaplikasikan pada berbagai tingkatan siklus yang meliputi pembiasaan usulan, analisis risiko, perencanaan respon, pelaporan dan aplikasi
C. Contoh Penerapan Manajemen Risiko di Sekolah
Penerapan Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Tenaga Pendidik
Guru adalah ujung tombak pembelajaran sehingga kualitas guru harus selalu ditingkatkan. Kepala Sekolah diharapkan membuat pemetaan kualitas tenaga pendidik.
Disamping itu kepala sekolah juga harus mampu mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin muncul dalam pengelolaan tenaga pendidik.
Dengan mengidentifikasi risiko maka kepala sekolah akan menyiapkan alternative-alternatif untuk menghilangkan risiko atau memperkecil dampak risiko.
Baca : Konsep dan Cara Menyusun SOP di Sekolah
Contoh penerapan menajemen risiko dalam tata kelola guru
Bahan Bacaan:
1. Makalah “Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Laboratorium Kimia” Hari Sutrisno, Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
2. Modul Kepala Sekolah Pembelajar Tahun 2016
Untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan dari perbagai keputusan/kegiatan sekolah, sangat dibutuhkan kepala sekolah yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang berani mengambil risiko dalam setiap keputusan yang ditetapkan.
Keberanian mengambil risiko mejadi salah satu komponen kepemimpinan kewirausahaan sekaligus kemampuan manajerial dari seorang kepala sekolah.
Berani mengambil risiko tidak hanya sekedar berani, namun risiko diambil dengan mempertimbangkan banyak faktor, sehingga pengambilan risiko tidak berdampak negatif. Untuk itu perlu adanya penerapan manajemen risiko di sekolah.
A. Konsep Manajemen Risiko
Risiko diartikan sebagai konsekuensi , dampak , “bahaya” yang dapat terjadi akibat suatu keputusan atau sebuah proses yang sedang berlangsung maupun kejadian yang akan datang.
Jika kita meminjam istilah dalam bidang asuransi, bahwa risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Risiko dapat terjadi dimananpun dan kapanpun, maka kepala sekolah pastilah banyak berhadapan dengan resiko khususnya dalam pengelolaan sekolah.
Risiko tidak dapat dihindari, namun dapat diminimalisir, untuk itu perlu pemahaman tentang manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkembang dalam mengelola suatu organsasi.
Hal tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan semua risiko yang terjadi pada kegiatan yang lalu,sekarang dan khususnya yang akan datang.
Manajemen risiko berkaitan dengan dua aspek risiko positif dan negatif. Oleh karena itu risiko dipertimbangkan dari perspektif keduanya.
Dalam bidang keselamatan, secara umum diakui bahwa konsekuensi merupakan hanya sisi negatif, oleh karena itu manajemen risiko keselamatan difokuskan pada preventif dan mitigasi dari kerusakan atau kesalahan.
Fokus dari manajemen risiko yang baik yaitu identifikasi dan perlakuan risiko. Manajemen risiko memberikan suatu cara secara terstruktur tentang identifikasi dan analisis risiko, serta pemikiran dan implementasi respon yang tepat dari akibat yang ditimbulkan (Moeller, 2007).
Baca Juga: Konsep dan Cara Membuat SOP di Sekolah
Strategi manajemen risiko menurut Cendrowski & Mair (2009) terdiri dari 3 komponen yaitu identifikasi risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi dari suatu risiko merupakan langkah pertama dalam penilaian risiko. Tanpa identifikasi risiko yang tepat, suatu analisis risiko sangat kekurangan informasi yang potensial.
Identifikasi risiko ditujukan untuk menjawab pertanyaan: Apa yang salah jika dibandingkan dengan harapan ?manajemen risiko mencari jalan keluar untuk pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? diawali dengan membuat analisis SWOT.
2. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah untuk membuat keputusan berdasar pada hasil analisa risiko tentang perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap risiko. Evaluasi risiko berawal dari analisis dampak dari risiko yang ada. Dengan mengetahui dampak maka dapat ditentukan prioritas penyelesaiannya.
3. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko adalah suatu metodologi yang secara sistemik digunakan untuk mengurangi risiko. Mitigasi risiko dapat dicapai melalui beberapa cara antara lain:
a. Risk Assumption.
Risk assumption adalah menerima risiko dan melanjutkan operasional kegiatan atau untuk mengimplemetasikan kontrol menjadi risiko lebih rendah menjadi tingkat yang diterima.
b. Risk Avoidance.
Risk avoidance adalah menghindari/menghilangkan risiko melalui eliminasi penyebab risiko dan/atau konsekuensinya.
c. Risk Limitation.
Risk limitation adalah membatasi risiko melalui implementasi kontrol yang
meminimalkan pengaruh merugikan dari kegiatan perlakuan suatu kerawanan (misalnya, melakukan pencegahan, detektif kontrol).
d. Risk Planning.
Risk planning adalah mengelola risiko melalui pengembangan suatu rencana mitigasi risiko melalui pengotrolan perawatan, proses prioritas, implementasi.
e. Research and Acknowledgment.
Research and acknowledgment adalah menurunkan risiko hingga hilang dengan cara pengakuan kerawanan atau kesalahan dan penelitian untuk mengkoreksi kerawanan atau kesalahan tersebut.
f. Risk Transference.
Risk Transference adalah mentransfer risiko melalui pilihan lain untuk kompensasi kerugian, misalnya pembelian asuransi kecelakaan
B. Proses Manajemen Risiko
Tujuan manajemen risiko yaitu mengidentifikasi dan menganalisis risiko serta mengelola konsekuensinya. Menurut NSW Trasury (2004), proses manajemen risiko harus dimulai dari tahap perencanaan strategi proyek yang diusulkan yang terdiri dari beberapa tahap kunci yang memiliki aplikasi umum dan dapat diaplikasikan pada berbagai tingkatan siklus yang meliputi pembiasaan usulan, analisis risiko, perencanaan respon, pelaporan dan aplikasi
Tahap
1 : Pembiasaan Usulan
|
1.
Mengidentifikasi tujuan
2.
Mendefenisikan criteria
3.
Mendefenisikan elemen kunci
|
Tahap
2. Analisis Resiko
|
1.
Mengidentifikasi risiko
2.
Menilai risiko (imbas risiko)
3.
Melakukan peringkat risiko
4.
Menampilkan risiko minor
|
Tahap
3. Perencanaan Respon
|
1.
Mengidentifikasi respon
2.
Menyeleksi respon terbaik
3.
Mengembangkan tindakan dan manajemen
|
Tahap
4: Pelaporan
|
1.
Menyusun jadwal dan ukuran manajemen
2.
Menulis resiko
3.
Perencanaan manajemen
|
Tahap-5
: Implementasi
|
1.
Efek dan jadwal
2.
Review dan evaluasi
|
Penerapan Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Tenaga Pendidik
Guru adalah ujung tombak pembelajaran sehingga kualitas guru harus selalu ditingkatkan. Kepala Sekolah diharapkan membuat pemetaan kualitas tenaga pendidik.
Disamping itu kepala sekolah juga harus mampu mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin muncul dalam pengelolaan tenaga pendidik.
Dengan mengidentifikasi risiko maka kepala sekolah akan menyiapkan alternative-alternatif untuk menghilangkan risiko atau memperkecil dampak risiko.
Baca : Konsep dan Cara Menyusun SOP di Sekolah
Contoh penerapan menajemen risiko dalam tata kelola guru
Indentifikasi
Risiko
|
Evaluasi
|
Mutigasi
|
|
Belum semua guru
mampu mengoperasikan computer
|
1. Tidak bisa membuat
media
pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan
komputer
2. Tidak bisa menginput nilai di
komputer
3. Tidak bisa mencari sumber
belajar dari internet
|
1. Meminta guru kursus
komputer di luar sekolah
2. Mengadakan pelatihan
komputer di sekolah dengan
mengundang instruktur dari
luar atau meminta guru yang pandai
komputer untuk
menjadi pelatih
3. Belajar mandiri
komputer
4. Belajar dengan guru
yang
sudah mampu
mengoperasikan computer
|
|
Belum semua guru
yang sudah
tersertifikasi
mengajar sebanyak
24 jam
|
Tidak
mendapatkan tunjangan sertifikasi
|
1. Mencarikan sekolah lain
yang masih kekurangan guru
2. Memberi tugas tambahan
yang bisa menambah jumlah
jam mengajar seperti menjadi
pengelola
laboratorium, perpustakaan
|
D. Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain (Mok et al., 1996) :- Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit
- Memudahkan estimasi biaya.
- Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
- Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
- Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.
Bahan Bacaan:
1. Makalah “Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Laboratorium Kimia” Hari Sutrisno, Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
2. Modul Kepala Sekolah Pembelajar Tahun 2016
0 komentar:
Post a Comment