Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah capaian di Programme for International Student Assessment (PISA).
PISA sebagai metode penilaian yang bersifat internasional yang secara berkala melakukan penilaian terhadap siswa secara global terutama dalam tiga bidang kemampuan membaca, matematika dan sains.
PISA merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa suatu negara di tingkat global. Menurut data yang ada, hasil PISA peserta didik Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Hal tersebut terlihat dari data yang dicatat oleh OECD(Organisation for Economic Co-operation and Development) yaitu sebuah organisasi untuk kerja sama ekonomi dan pembangunan pada tahun 2018 bahwa peringkat siswa Indonesia dalam membaca 72 dari 77 negara , matematika menduduki peringkat 72 dari 78 negara, sedangkan sains menduduki peringkat 70 dari 78 negara.
Selain itu dari hasil pengamatan OECD dalam kurun waktu 10 sampai 15 terakhir nilai PISA Indonesia cenderung tidak mengalami peningkatan atau stagnan.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, sekaligus peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang unggul maka perlu dilakukan strategi pembelajaran secara menyeluruh, dimana kemampuan literasi, numerasi dan pendidikan karakter harus seiring dan seimbang.
Dalam rangka memenuhi tuntutan di atas, maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menyiapkan 5 strategi pembelajaran holistik sebagai berikut:
1. Transformasi Kepemimpinan Sekolah
Transformasi kepemimpinan sekolah, akan ditandai dengan dua kegiatan besar yaitu:
a. Merekrut guru penggerak sebagai kepala sekolah
b. Marketplace BOS (transpransi dan otonomi anggaran)
Marketplace BOS online yaitu adanya semacam website yang dapat memberikan dan membantu kepala sekolah tentang fleksibilitas, transparansi, dan waktu untuk meningkatkan proses pembelajaran.
2. Transformasi Pendidikan dan Pelatihan guru
Tansformasi pendidikan dan pelatihan guru meliputi dua kegiatan dan sekarang sedang proses; yaitu:
a. Pendidikan profesi guru
b. Sekolah penggerak
Baca juga:Tanya Jawab Seputar Organisasi Penggerak
Kemendikbud merencanakan secara bertahap pembentukan kurang lebih 10.000 sekolah penggerak yang diharapkan menjadi pusat pelatihan guru yang dapat memberikan percepatan perubahan bagi sekolah-sekolah lainnya.
Sekolah penggerak akan difasilitasi organisasi penggerak dan relawan penggerak yang saat ini dalam proses seleksi.
3. Mengajar sesuai kemampuan siswa
Mengajar sesuai kemampuan siswa diarahkan kepada perubahan dalam dua hal yaitu:
Personalisasi dan segmentasi pembelajaran akan dilakukan berdasarkan hasil pelaksanaan asesmen berkala kepada peserta didik, guru dan sekolah. Perubahan ujian nasional ke sistem AKM.
4. Standar Penilaian Global
Standar penilaian global berkaitan dengan tiga aspek yaitu:
a. Assesmen kompetensi minimum (AKM)
Perubahan sistem penilaian yang mengacu ke standar penilaian global seperti PISA (Programme for International Student Assessment), TIMSS ( Trens in Internasional Mathematics and Science) dan PIRLS( Progress in International Reading Literacy Srudy) , hal ini akan dimulai dengan mengganti ujian nasional (UN) menjadi asesmen kompotensi minimum (AKM).
Dalam AKM yang di ukur adalah kemampuan numerasi dan literasi siswa bukan kemampuan kognitif semata seperti selama ini dil;akukan.
b. Survey karakter
Survei Karakter akan digunakan untuk mengukur aspek non pengetahuan (kognitif) untuk mendapatkan gambaran pencapaian mutu pendidikan secara holistik,; misalnya tingkat kerjasama peserta didik, toleransi dan nilai-nilai Pancasila lainnya.;
c. Survey lingkungan belajar
Survei lingkungan belajar, sama halnya dengan survey karakter digunakan untuk mengukur aspek non-kognitif untuk memperoleh gambaran mutu pendidikan.
Sejauh sekolah menerapkan nilai-nilai dilingkungan sekolah tersebut hubungan sesama guru, sekolah dengan masyarakat sekitar dan sebagainya.
5. Kemiteraan Daerah Dengan Masyarakat sipil;
Strategi yang kelima adalah kemitaraan daerah dan masyrakat sipil ditandai dengan 4 kegiatan
a. Indikator kinerja Dinas Pendidikan
b. Organisasi penggerak
Organisasi penggerak akan mendampingi guru di sekolah penggerak sehingga guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Organisasi penggerak ini akan mewadahi relawan penggerak dalam memfasilitasi guru.
c. Kampus merdeka “ mengajar di sekolah”
d. Partisipasi perusahaan teknologi edukasi
Pemerintah akan mendorong keterlibatan perusahaan dibidang teknologi pendidikan baik dalam skala nasional maupun internasional sebagai mitra pemanfaatan platform teknologi pendidikan berbasis mobile.
Dengan penerapan teknologi edukasi ini diharapkan peserta didik dapat mengakses materi-materi pembelajaran dalam skala lokal, nasional dan internasional
Dengan menjalankan lima strategi pembelajaran secara holistik di atas diharapkan pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu berakhlak mulia. Semoga
PISA sebagai metode penilaian yang bersifat internasional yang secara berkala melakukan penilaian terhadap siswa secara global terutama dalam tiga bidang kemampuan membaca, matematika dan sains.
PISA merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa suatu negara di tingkat global. Menurut data yang ada, hasil PISA peserta didik Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Hal tersebut terlihat dari data yang dicatat oleh OECD(Organisation for Economic Co-operation and Development) yaitu sebuah organisasi untuk kerja sama ekonomi dan pembangunan pada tahun 2018 bahwa peringkat siswa Indonesia dalam membaca 72 dari 77 negara , matematika menduduki peringkat 72 dari 78 negara, sedangkan sains menduduki peringkat 70 dari 78 negara.
Selain itu dari hasil pengamatan OECD dalam kurun waktu 10 sampai 15 terakhir nilai PISA Indonesia cenderung tidak mengalami peningkatan atau stagnan.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, sekaligus peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang unggul maka perlu dilakukan strategi pembelajaran secara menyeluruh, dimana kemampuan literasi, numerasi dan pendidikan karakter harus seiring dan seimbang.
Dalam rangka memenuhi tuntutan di atas, maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menyiapkan 5 strategi pembelajaran holistik sebagai berikut:
1. Transformasi Kepemimpinan Sekolah
Transformasi kepemimpinan sekolah, akan ditandai dengan dua kegiatan besar yaitu:
a. Merekrut guru penggerak sebagai kepala sekolah
Rekrutmen kepala sekolah akan dilakukan dari guru-guru terbaik, sehingga bisa menjadi motor yang menggerakkan semua komponen sekolah terutama guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu.
Tentunya rekrutmen ini akan diiringi dengan regulasi yang baik dan komitmen pelaksanaanya, sebab sampai saat ini masih terasa bahwa pengangkatan kepala sekolah masih diwarnai kepentingan politik lokal khususnya pemilihan kepala daerah.
b. Marketplace BOS (transpransi dan otonomi anggaran)
Marketplace BOS online yaitu adanya semacam website yang dapat memberikan dan membantu kepala sekolah tentang fleksibilitas, transparansi, dan waktu untuk meningkatkan proses pembelajaran.
2. Transformasi Pendidikan dan Pelatihan guru
Tansformasi pendidikan dan pelatihan guru meliputi dua kegiatan dan sekarang sedang proses; yaitu:
a. Pendidikan profesi guru
Kemendikbud akan melaksanakan transformasi Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk menghasilkan generasi guru baru. Guru-guru baru ini diharapakan akan mampu menginplementasikan program merdeka belajar dan lebih kreatif.
Saat hal ini Kemendikbud dalam proses rekrutmen tenaga pelatih untuk melaksanakan kegiatan Pendidikan Profesi Guru bagi calon guru.
Tenaga pelatih tersebut ada sebagai instruktur, dan guru pamong , dan praktisi Pendidikan. Mereka akan berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas guru baru melalui kegiatan PPG.
Baca juga:Tanya Jawab Seputar Organisasi Penggerak
Kemendikbud merencanakan secara bertahap pembentukan kurang lebih 10.000 sekolah penggerak yang diharapkan menjadi pusat pelatihan guru yang dapat memberikan percepatan perubahan bagi sekolah-sekolah lainnya.
Sekolah penggerak akan difasilitasi organisasi penggerak dan relawan penggerak yang saat ini dalam proses seleksi.
3. Mengajar sesuai kemampuan siswa
Mengajar sesuai kemampuan siswa diarahkan kepada perubahan dalam dua hal yaitu:
a. Kurikulum yang disederhanakan , fleksibel , dan berorientasi pada kompetensi
Strategi mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dilakukan dengan cara menyederhanankan kurikulum. Kurikulum yang lebih fleksibel dan berorientasi kepada kompetensi.
Dengan kurikulum yang disederhanakan ini diharapkan sekolah keluar dari kekakuan pelaksanaan kurikulum yang saat ini masih berorientasi kepada penyelesaian silabus dari pada proses dan kompetensi.
Strategi mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dilakukan dengan cara menyederhanankan kurikulum. Kurikulum yang lebih fleksibel dan berorientasi kepada kompetensi.
Dengan kurikulum yang disederhanakan ini diharapkan sekolah keluar dari kekakuan pelaksanaan kurikulum yang saat ini masih berorientasi kepada penyelesaian silabus dari pada proses dan kompetensi.
b. Personalisasi dan segmentasi pembelajaran
Personalisasi dan segmentasi pembelajaran akan dilakukan berdasarkan hasil pelaksanaan asesmen berkala kepada peserta didik, guru dan sekolah. Perubahan ujian nasional ke sistem AKM.
4. Standar Penilaian Global
Standar penilaian global berkaitan dengan tiga aspek yaitu:
a. Assesmen kompetensi minimum (AKM)
Perubahan sistem penilaian yang mengacu ke standar penilaian global seperti PISA (Programme for International Student Assessment), TIMSS ( Trens in Internasional Mathematics and Science) dan PIRLS( Progress in International Reading Literacy Srudy) , hal ini akan dimulai dengan mengganti ujian nasional (UN) menjadi asesmen kompotensi minimum (AKM).
Dalam AKM yang di ukur adalah kemampuan numerasi dan literasi siswa bukan kemampuan kognitif semata seperti selama ini dil;akukan.
b. Survey karakter
Survei Karakter akan digunakan untuk mengukur aspek non pengetahuan (kognitif) untuk mendapatkan gambaran pencapaian mutu pendidikan secara holistik,; misalnya tingkat kerjasama peserta didik, toleransi dan nilai-nilai Pancasila lainnya.;
c. Survey lingkungan belajar
Survei lingkungan belajar, sama halnya dengan survey karakter digunakan untuk mengukur aspek non-kognitif untuk memperoleh gambaran mutu pendidikan.
Sejauh sekolah menerapkan nilai-nilai dilingkungan sekolah tersebut hubungan sesama guru, sekolah dengan masyarakat sekitar dan sebagainya.
5. Kemiteraan Daerah Dengan Masyarakat sipil;
Strategi yang kelima adalah kemitaraan daerah dan masyrakat sipil ditandai dengan 4 kegiatan
a. Indikator kinerja Dinas Pendidikan
Kemitraan dengan pemerintah daerah dilakukan melalui indikator kinerja untuk Dinas Pendidikan.
Organisasi penggerak akan mendampingi guru di sekolah penggerak sehingga guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Organisasi penggerak ini akan mewadahi relawan penggerak dalam memfasilitasi guru.
c. Kampus merdeka “ mengajar di sekolah”
Program kampus merdeka merupakan keterlibatan perguruan tinggi untuk turut ambil bagian dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Pemerintah menargetkan kampus merdeka mampu melibatkan puluhan ribu mahasiswa dari kampus terbaik untuk membantu peserta didik siswa di seluruh Indonesia.
d. Partisipasi perusahaan teknologi edukasi
Pemerintah akan mendorong keterlibatan perusahaan dibidang teknologi pendidikan baik dalam skala nasional maupun internasional sebagai mitra pemanfaatan platform teknologi pendidikan berbasis mobile.
Dengan penerapan teknologi edukasi ini diharapkan peserta didik dapat mengakses materi-materi pembelajaran dalam skala lokal, nasional dan internasional
Dengan menjalankan lima strategi pembelajaran secara holistik di atas diharapkan pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu berakhlak mulia. Semoga
0 komentar:
Post a Comment